Minggu, 05 Mei 2024

15 Cara Mengatasi Bibir Kering (Mudah dan Efektif)

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.

cara-mengatasi-bibir-kering-doktersehat

DokterSehat.Com – Setiap orang pasti pernah mengalami kekeringan pada bibirnya. Kondisi bibir kering ini tentunya menyebabkan ketidaknyamanan, bukan? Ditambah lagi, bibir yang kering mengurangi estetika bibir sehingga secara tidak langsung turut memengaruhi tingkat kepercayaan diri. Lantas, apa penyebab bibir kering? Bagaimana cara mengatasi bibir kering yang benar dan efektif?

Penyebab Bibir Kering

Bibir adalah bagian tubuh yang tidak memiliki kelenjar minyak. Oleh sebab itu, bibir tidak dapat melakukan proses pelumasan secara alami.

Fakta ini menjadikan bibir rentan mengalami kekeringan dan juga pecah-pecah. Penyebab bibir kering atau pecah-pecah lebh dikarenakan minimnya tingkat kelembaban bibir yang dipengaruhi oleh sejumlah faktor, seperti udara, kurang cairan, atau tubuh sedang dalam kondisi sakit. Selain itu, paparan sinar matahari juga turut menyebabkan bibir menjadi kering.

Cara Mengatasi Bibir Kering

Bibir kering tergolong masalah kesehatan ringan. Akan tetapi, kondisi ini sangatlah mengganggu, baik kenyamanan maupun penampilan bibir. Terlebih lagi jika bibir sudah sampai mengalami pecah-pecah, bukan tidak mungkin bibir menjadi rentan berdarah.

Berikut ini ada sejumlah cara mengatasi bibir kering yang bisa Anda lakukan guna mengobati kondisi bibir kering tersebut.

1. Lip Balm

Lip balm memiliki fungsi untuk melembabkan bibir. Tentunya tak salah memanfaatkan produk ini sebagai cara mengobati bibir kering yang Anda alami. Penggunaan lip balm lebih ditujukan untuk melindungi bibir dari paparan sinar matahari maupun udara panas dan kering, yang mana hal ini merupakan salah satu penyebab bibir kering paling umum.

2. Petroleum Jelly

Berfungsi sebagai pelembab kulit, produk pelembab petroleum jelly juga bisa Anda gunakan sebagai cara menghilangkan bibir kering. Petroleum jelly efektif dalam menjaga kadar kelembaban bibir agar tetap ideal. Pun, petroleum jelly disebut-sebut dapat mengatasi masalah bibir pecah-pecah berikut luka yang ditimbulkan.

Oleskan petroleum jelly pada permukaan bibir Anda secara merata. Lakukan cara mengatasi bibir kering ini secara rutin 1 – 2 kali sehari sampai bibir kering sembuh.

3. Madu

Madu sudah lama dipercaya bisa efektif untuk mengatasi pelbagai masalah kesehatan, dari yang ringan hinga serius sekalipun, tak terkecuali sebagai cara mengobati bibir kering. Madu adalah pelembab alami yang diklaim efektif membuat bibir senantiasa terjaga kelembabannya sehingga tidak mudah kering apalagi sampai pecah-pecah.

Tak hanya itu, madu juga diperkaya dengan zat-zat yang bersifat anti-bakteri. Hal ini tentu saja membuat madu dapat melindungi bibir dan juga mulut dari serangan bakteri jahat yang bisa menyebabkan masalah pada mulut.

4. Lidah Buaya

Lidah buaya (aloe vera) diperkaya oleh pelbagai zat alami yang membuatnya bermanfaat untuk mencegah dan mengobati masalah kesehatan, termasuk bibir kering.

Anda juga bisa menjadikan gel lidah buaya sebagai cara mengatasi bibir kering yang sedang dialami. Oleskan gel lidah buaya pada bibir sesaat sebelum tidur. Lakukan cara ini secara rutin sampai hasilnya terlihat.

5. Mentimun

Menggunakan mentimun juga menjadi cara menghilangkan bibir kering secara alami yang efektivitasnya sudah tidak perlu diragukan lagi.

Manfaat mentimun untuk mengobati bibir kering dan pecah-pecah tak lepas dari kandungan nutrisi dan vitamin di dalamnya, sebut saja vitamin C. Iris timun, kemudian olesi bibir Anda dengan irisannya tersebut secara perlahan. Diamkan selama kurang lebih 15 menit, kemudian bilas dengan air bersih. Lakkukan cara ini 2 – 3 kali sehari untuk hasil yang maksimal.

6. Tomat

Buah berwarna merah ini kaya akan air, vitamin A, vitamin C, likopen, dan sejumlah nutrisi penting lainnya. Atas dasar tersebut, tomat adalah alternatif obat bibir kering alami yang bisa Anda manfaatkan guna menghilangkan bibir kering maupun pecah-pecah.

Sama seperti poin sebelumnya, Anda hanya cukup memotong tomat menjadi beberapa irisan, kemudian oleskan irisan tersebut pada bibir secara merata. Tunggu selama kurang lebih 15 menit sebelum mencuci bibir dengan air bersih.

7. Lemon

Kandungan vitamin C dan air yang tinggi pada buah berkulit kuning ini sudah pasti sangat ampuh guna menghilangkan bibir kering dan pecah-pecah yang Anda alami.

Anda bisa mencampur lemon dan madu, kemudain mengoleskannya pada bibir secara merata sebanyak 2 – 3 kali dalam sehari.

8. Minyak Zaitun

Semua mungkin sudah tidak asing dengan pelbagai manfaat yang dimiliki oleh minyak zaitun. Minyak yang berasal dari ekstraksi buah zaitun ini ternyata juga bisa menjadi cara mengobati bibir kering yang efektif.

Kandungan asam lemak yang dimiliki minyak zaitun disinyalir menjadi alasan mengapa minyak ini cocok digunakan oleh Anda yang sedang mengalami bibir kering atau pecah-pecah. Pun, minyak zaitun membuat bibir senantiasa lembut dan memiliki tingkat kekenyalan yang ideal.

Oleskan minyak zaitun secara merata pada bibir Anda sebanyak 2 – 3 kali dalam sehari. Tunggu sekitar 15 menit, kemudian cuci bibir dengan air bersih.

9. Penuhi Asupan Cairan

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, salah satu penyebab bibir kering adalah kurangnya asupan cairan pada tubuh. Akibatnya, tubuh mengalami dehidrasi yang berujung pada kondisi bibir tak terkecuali.

Jadi, cara agar bibir tidak kering sejatinya bisa Anda terapkan dengan senantiasa menjaga agar kebutuhan cairan harian tercukupi. Minumlah sekitar 8 – 10 gelas air putih setiap hari, terlebih lagi jika kebetulan banyak aktivitas di luar ruangan.

10. Konsumsi Makanan Bergizi

Mengonsumsi makanan bergizi juga menjadi cara mengatasi bibir kering yang paling efektif. Buah dan sayur—terutama yang mengandung vitamin C dan serat—adalah jenis makanan yang sudah selayaknya ada di dalam menu sehari-hari jika Anda ingin terhindar dari mengalami bibir kering, pun apabila sudah terlanjur mengalami bibir kering dan ingin mengobatinya.

11. Tidak Membasahi Bibir dengan Liur

Manakala mengalami bibir kering, umumnya Anda akan secara naluriah membasahi bibir dengan air liur, baik dengan cara menjilatinya dengan lidah, atau memasukkan bibir ke dalam mulut. Meskipun bibir menjadi basah, faktanya hal bukan merupakan cara mengatasi bibir kering yang benar, lho.

Membasahi bibir sebagai cara agar bibir tidak kering faktanya merupakan kegiatan yang tidak serta-merta membebaskan Anda dari masalah kesehatan yang satu ini. Pasalnya, air liur (saliva) memiliki sifat cepat menguap. Alih-alih bibir kering hilang, yang terjadi justru kondisi bibir kering dan bibir pecah-pecah menjadi bertambah parah.

12. Tidak Menggigit Bibir

Nah, Anda yang suka menggigit bibir juga baiknya hentikan kebiasaan tidak baik ini. Menghindari aktivitas menggigit bibir adalah cara agar bibir tidak kering. Pasalnya, menggigit bibir dapat menyebabkan rusaknya lapisan pelindung bibir, yang mana hal ini akan membuat bibir rentan mengalami kekeringan dan pecah-pecah.

13Tidak Menggunakan Lipstik Matte

Anda para wanita mungkin kerap menggunakan lipstik dengan warna matte. Pasalnya, lipstick jenis ini cenderung lebih tahan lama di bibir. Namun sayangnya, lipstik matte adalah lipstick yang tidak dilengkapi dengan pelembab. Alhasil, menggunakan lipstik ini berpotensi menyebabkan bibir menjadi kering.

Oleh sebab itu, cara agar bibir tidak kering yang juga sebaiknya Anda lakukan adalah dengan menghindari pemakaian lipstik matte ini. Kalaupun tetap ingin memakainya, pastikan saat membersihkan lipstik, gunakan pelembab bibir agar bibir tetap terhidrasi.

14. Hindari Pemicu Alergi (Alergen)

Khusus untuk Anda yang memiliki riwayat alergi, seperti alergi makanan atau bahan kimia tertentu, menghindari pemicu alergi (alergen) adalah cara agar bibir tidak kering yang bisa dilakukan. Pasalnya, alergen akan menyebabkan tubuh mengalami reaksi alergi, dan apabila reaksi alergi terjadi di area bibir dan mulut, hal ini dapat berakibat pada kondisi bibir kering.

15. Tidak Bernapas Melalui Mulut

Cara agar bibir tidak kering yang juga tak kalah penting adalah, tidak bernapas melalui mulut. Bernapas melalui mulut hanya akan membuat proses pengeringan bibir menjadi lebih cepat. Gunakanlah hidung yang memang sudah diciptakan sebagai saluran pernapasan utama tubuh.

Itu dia informasi mengenai cara mengatasi bibir kering yang perlu Anda ketahui. Bibir yang sehat dan menawan tentunya menjadi dambaan semua orang. Oleh sebab itu, jaga selalu kesehatan bibir Anda, ya. Semoga bermanfaat!



Selain sebagai media informasi kesehatan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.

Sabtu, 04 Mei 2024

Batuk Kronis: Penyebab, Gejala, Obat, dan Pencegahan

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.

batuk-kronis-doktersehat

DokterSehat.com – Apa itu batuk kronis? Batuk kronis adalah batuk yang sudah berlangsung lebih dari 2 bulan pada orang dewasa atau 1 bulan pada anak-anak. Meski terlihat sepele, batuk kronis dapat membuat kelelahan dan menganggu waktu tidur Anda. Batuk kronis dapat menghilang begitu penyebabnya bisa diatasi. Simak penjelasan lengkap mengenai penyebab, gejala, obat batuk kronis, dll di bawah ini.

Penyebab Batuk Kronis

Karena batuk kronis bisa terjadi di segala usia, perlu Anda ketahui bahwa batuk kronis pada orang dewasa sering kali disebabkan oleh TBC atau kebiasaan merokok. Sementara pada anak-anak, batuk kronis sering disebabkan oleh asma.

Beberapa penyebab-penyebab umum dari batuk kronis termasuk asma, rinitis alergi, persoalan-persoalan sinus (contohnya infeksi sinus), dan pengaliran balik ke esophagus (esophageal reflux) dari isi-isi lambung.

Pada kejadian-kejadian yang jarang, batuk kronis adalah akibat dari penghisapan dari benda-benda asing kedalam paru-paru (biasanya pada anak-anak). Jika batuk kronis hadir melakukan prosedur x-ray adalah sesuatu yang penting.

Berikut adalah penyebab umum batuk kronis yang harus Anda kenali, di antaranya:

1. Merokok

Memiliki kebiasaan merokok adalah penyebab yang paling umum dari batuk kronis. Bahkan jika Anda hanya menjadi perokok pasif, Anda juga bisa terjangkit bronkitis kronis. Bronkitis kronis sendiri memiliki gejala batuk kronis yang dapat timbul dan biasanya akan berlangsung lama.

2. Asma

Penyebab batuk kronis berikutnya adalah terkait dengan penyakit asma. Asma sendiri adalah penyakit paru-paru kronis di mana saluran udara di paru-paru rentan terhadap inflamasi dan pembengkakan. Pemicu asma setiap orang berbeda-beda, ada yang dipicu oleh udara, asap rokok, pilek, makanan tertentu dan olahraga.

Sementara itu, beberapa penderita asma ada yang mempunyai batuk kronis sebagai gejala mereka satu-satunya. Kondisi ini sering kali dirujuk sebagai asma varian-batuk. Gejala-gejala asma dapat diperburuk oleh udara dingin, paparan polutan atau aroma minyak wangi.

3. Gastroesophageal reflux disease (GERD)

Gastroesophageal reflux disease adalah suatu penyakit dari kerongkongan dan lambung yang terjadi ketika asam lambung naik ke kerongkongan akibat dari menurunnya fungsi katup. Gejala umum dari GERD adalah mulas, nyeri dada dan mengi. Selain itu, GERD sendiri merupakan penyebab umum dari berkembangnya batuk kronis.

4. Infeksi

Infeksi seperti bronkitis atau pneumonia dapat menyebabkan batuk kronis. Infeksi-infeksi sendiri dapat disebabkan oleh virus, bakteri atau jamur. Sementara itu, infeksi virus tidak merespon pada antibiotik.

Pada pasien dengan asma, batuk akut, dan kronis, infeksi-infeksi virus pernapasan bagian atas sering kali berakibat pada batuk yang berkepanjangan bahkan setelah infeksinya telah hilang.

5. Obat-obatan

Obat ACE inhibitor adalah obat yang umum digunakan untuk mengobati gagal jantung dan tekanan darah tinggi. Pada beberapa orang, batuk kronis dapat bertahan selama beberapa minggu setelah Anda berhenti minum obat ACE inhibitor.

Meski begitu, Anda tidak harus berhenti mengambil obat resep ini tanpa berkonsultasi dengan dokter. Konsultasikan dengan dokter mengenai penggunaan ACE inhibitor dan kaitannya dengan batuk kronis.

6. Pertusis

Pertusis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri dengan gejala pilek, sedikit demam dan batuk hebat yang bisa membuat sulit untuk bernapas. Dikenal kenal dengan sebutan batuk rejan, banyak orang yang pada tahap awal tidak mengalami demam–namun batuk kronis yang menyertainya bisa berlangsung berminggu-minggu.

7. Sinus

Jika Anda memiliki masalah sinus dan belum ditangani dengan baik, hal itu bisa menyebabkan lendir tersumbat dan tidak bisa dikeluarkan. Lendir bisa mengalir ke belakang tenggorokan dan memicu refleks batuk. Kondisi ini juga dikenal dengan upper airway cough syndrome (UACS).

8. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)

Salah satu penyakit yang bisa menjadi penyebab batuk kronis adalah PPOK. PPOK umum terjadi ketika saluran udara dan kantung udara di paru-paru menjadi meradang atau rusak. Kondisi ini lebih sering terjadi pada mereka yang berusia di atas 45 tahun dan memiliki kebiasaan merokok.

Pada penderita PPOK, paru-paru akan menghasilkan lendir berlebih, yang kemudian secara refleks tubuh akan mencoba mengeluarkannya dengan batuk.

Gejala Batuk Kronis

Selain batuk kronis yang bisa berlangsung lama, gejala batuk kronis lainnya tergantung kepada penyebabnya. Gejala yang bisa menyertai batuk kronis di antaranya:

  • Sesak napas.
  • Ulu hati terasa nyeri.
  • Rasa pahit pada mulut.
  • Suara serak.
  • Dahak tenggorokan.
  • Sakit tenggorokan.
  • Pilek dan hidung tersumbat.

Jika batuk kronis disertai beberapa gejala seperti berikut, sebaiknya Anda harus segera menemui dokter, seperti:

  • Berkeringat di malam hari.
  • Berat badan menurun.
  • Rasa nyeri di dada.
  • Muncul demam.
  • Batuk darah.

Obat Batuk Kronis

Pada dasarnya, perawatan batuk kronis ditentukan oleh penyebabnya. Bagaimanapun, pasien-pasien mungkin memperoleh pembebasan simptomatik dari obat-obat batuk bebas resep yang mengandung guaifenesin atau dextromethorphan, minum air yang banyak, menghirup uap panas, dan menggunakan obat batuk yang berupa tablet (lozenges). Pada kasus-kasus yang parah dokter mungkin meresepkan codeine.

Berikut adalah beberapa penanganan yang sesuai dengan penyebabnya, seperti:

1. Asma

Bronchodilators dan steroid-steroid yang dihirup diberikan untuk mengurangi peradangan dari saluran-saluran udara. Pada beberapa kasus-kasus, steroid-steroid oral jangka pendek diresepkan.

2. Gastroesophageal reflux disease (GERD)

Perawatan termasuk menghindari makanan-makanan yang meningkatkan reflux (aliran balik), menghindari makan-makan sebelum berbaring, menaikan kepala ketika tidur, dan meminum obat-obat seperti famotidine (Pepcid), cimetidine (Tagamet), atau ranitidine (Zantac) untuk mengurangi keasaman lambung.

3. Sinus dan tetesan postnasal

Penggunaan decongestants seperti pseudoephedrine (Sudafed) atau antihistamines seperti diphenhydramine (Benadryl) mungkin memperbaiki gejala-gejala dari tetesan postnasal. Steroid-steroid hidung yang dihirup adalah sangat efektif dalam merawat rinitis alergi, penyebab yang umum dari batuk.

Sebagai tambahan, inhaler hidung lain seperti ipratropium bromide (Atrovent) dapat membebaskan tetesan postnasal. Antibiotik mungkin diresepkan jika penyebab yang ditentukan adalah sinusitis.

4. Infeksi

Pneumonia bakteri dan bronkitis secara khas dirawat dengan antibiotik seperti cephalosporins dan azithromycin (Zithromax). Jika pneumonia dekat pada dinding dada perdangan dari permukaan paru, hal itu dapat menyebabkan nyeri–dan dikenal sebagai pleurisy. Analgesik dapat digunakan untuk mengatasi hal ini.

Penekan-penekan batuk harus digunakan dengan hati-hati dalam situasi ini karena cara ini bisa ‘membersihkan’ paru dari lendir yang terinfeksi.

5. Konsumsi obat-obatan

Beberapa orang menggunakan obat batuk expectorant yang mengandung guaifenesin dalam mengurangi ketidaknyamanan. Adakalanya sulit untuk membedakan bronkitis virus dari bronkitis bakteri, dan antibiotik yang diresepkan.

Selain itu, obat-obatan yang lebih baru dari ACE inhibitor seperti obat-obat yang disebut ARB’s (Angiotensin receptor blockers), contohnya valsartan (Diovan), losartan (Cozaar), dapat digunakan sebagai alternatif karena mempunyai potensi yang lebih rendah untuk menyebabkan batuk kronis.

Pada beberapa kasus, asmatik-asmatik dapat menghasilkan lendir hijau yang terlihat terinfeksi. Dokter bisa memeriksakan lendir untuk menentukan apakah infeksi hadir.

Pencegahan Batuk Kronis

Selain dapat membantu meredakan gejala, beberapa langkah di bawah ini dapat dilakukan untuk mencegah batuk kronis:

  • Menghindari alergen atau bahan-bahan atau lingkungan yang mungkin menjadi pemicu gejala alergi di tubuh Anda.
  • Konsultasikan kembali dengan dokter mengenai manfaat dan risiko dari obat ACE inhibitor.
  • Jangan merokok, karena merokok adalah penyebab yang paling umum dari batuk kronis.
  • Bicara pada dokter anda tentang mengendalikan asma, hidung yang meler (postnasal drip), atau GERD anda untuk menghindari gejala-gejala batuk.
  • Jaga jarak dari orang-orang lain yang diketahui sakit bronkitis atau pneumonia.
  • Makan buah. Penelitian menyarankan bahwa diet-diet yang tinggi dalam serat buah dan flavonoids mungkin mencegah batuk produktif yang kronis.
  • Perbanyak minum air putih. Air putih membantu ‘menenangkan’ peradangan yang terjadi pada tenggorokan. Jika terdapat lendir, air putih juga membantu melancarkan sekresi pada tenggorokan.

Ketika seseorang sudah merasakan bahwa batuk kronis nya mengganggu aktivitas makan, tidur dan bekerja, mulailah untuk mengonsumsi obat pereda batuk. Tujuan obat pereda batuk agar penderita bisa beristirahat, makan dan bekerja dengan tenang meski hanya sementara.



Selain sebagai media informasi kesehatan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.

Jumat, 03 Mei 2024

Milia: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.

milia-doktersehat

DokterSehat.Com – Bintik putih yang muncul di wajah, paling sering di sekitar mata, disebut dengan milia. Kondisi ini adalah kondisi kulit yang sangat umum dan dapat menyerang siapa saja. Milia tidak berbahaya, tapi dapat mengganggu penampilan apabila muncul dalam jumlah banyak. Ketahui selengkapnya tentang milia melalui artikel ini!

Apa Itu Milia?

Milia adalah kondisi di mana terdapat keratin atau sel kulit mati yang terjebak di bawah permukaan kulit hingga membentuk benjolan kecil berwarna putih di kulit.

Milia paling sering muncul pada bayi baru lahir. Menurut penelitian, sekitar 40% dari jumlah bayi baru lahir memiliki milia. Meskipun begitu, milia dapat juga muncul pada anak-anak hingga orang dewasa.

Milia umumnya memiliki ukuran 1-2 mm dan paling sering muncul di wajah seperti bagian pipi dan kelopak mata. Milia juga dapat muncul di bagian kulit lain selain wajah tapi kondisi ini relatif jarang terjadi.

Milia adalah kondisi kulit yang umum dan tidak berbahaya. Kondisi ini juga tidak menimbulkan peradangan pada kulit dan tidak juga menimbulkan rasa sakit atau gatal. Namun milia di wajah yang jumlahnya banyak memang dapat mengganggu penampilan dan terkadang menurunkan rasa percaya diri seseorang.

Penyebab Milia

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, secara umum penyebab milia adalah karena keratin atau sel kulit mati terjebak di bawah permukaan kulit. Milia jenis ini dikenal sebagai milia primer. Sedangkan milia yang dipicu oleh kondisi lain disebut dengan milia sekunder. Kondisi lain yang mungkin menjadi penyebab milia adalah seperti berikut ini:

  • Penggunaan make up atau produk yang mengandung parafin, petroleum,dan lanolin.
  • Efek samping dari pengobatan dari penyakit kulit lain atau dari trauma.
  • Paparan sinar matahari berlebihan.

Gejala Milia

Setiap penyakit ditandai dengan berbagai gejala spesifik yang berbeda-beda, begitu juga dengan milia. Berikut adalah gejala yang umumnya menandakan Milia:

  • Bintik berbentuk bulat warna putih pada wajah di pipi, kelopak mata, hidung. Dapat muncul di bagian tubuh lain, namun lebih jarang terjadi.
  • Bintik milia tidak menimbulkan inflamasi dan tidak terasa sakit ataupun gatal.

Diagnosis Milia

Dokter akan melakukan komunikasi atau anamnesis dengan pasien secara menyeluruh untuk memastikan diagnosis milia. Dokter akan menanyakan tentang gejala yang dialami pasien dan melakukan pemeriksaan fisik. Dokter juga mungkin akan memeriksa riwayat kesehatan pasien secara keseluruhan.

Selain itu, dokter juga akan melakukan diagnosis banding pada penyakit lain yang memiliki gejala sama untuk memastikan gejala tersebut adalah milia.

Pengobatan Milia

Milia bukan merupakan kondisi yang berbahaya, kebanyakan pengobatan milia di wajah di wajah dilakukan karena alasan estetika saja. Jumlah milia di wajah memang terkadang tidak sedikit sehingga dapat memengaruhi penampilan seseorang.

Milia pada bayi umumnya dapat sembuh dengan sendirinya dan tidak membutuhkan penanganan apapun. Pada orang dewasa, berikut adalah pilihan cara menghilangkan milia yang umumnya dilakukan:

1. Obat topikal

Cara menghilangkan milia di wajah yang pertama adalah dengan menggunakan krim retinoid (turunan vitamin A) seperti tretinoin dan adapalene.

Tujuan penggunaan krim retinoid adalah untuk mempercepat regenerasi kulit. Penggunaannya harus dengan resep dokter dan perawatannya umumnya membutuhkan jangka waktu yang cukup panjang.

Penggunaan krim retinoid umumnya dilakukan malam hari, karena retinoid tidak boleh terkena sinar matahari. Apabila digunakan pada siang hari, maka harus dikombinasikan dengan sunblock dengan SPF minimal 30.

2. Facial wajah

Tindakan facial wajah juga bisa menjadi salah satu cara menghilangkan milia.

Sebelum melakukan facial untuk mengatasi milia, pastikan Anda memilih klinik terbaik dan tindakan ini dilakukan oleh seorang ahli kecantikan profesional yang memang berkapasitas untuk melakukan facial untuk mengatasi milia.

Ahli kecantikan akan menusuk bintik milia menggunakan alat kemudian mengeluarkan keratin yang terjebak di bawah kulit tersebut. Apabila tidak dilakukan dengan benar, tindakan ini dapat menimbulkan bekas berupa noda hitam pada kulit. Selain itu, milia juga dapat tumbuh lagi apabila tidak dikeluarkan dengan maksimal.

3. Chemical peeling

Metode ketiga yang bisa dilakukan sebagai cara mengatasi milia adalah chemical peeling.

Chemical peeling adalah metode penggunaan cairan dengan kadar pH asam untuk membantu pengelupasan atau eksfoliasi kulit. Milia akan ikut terangkat oleh kulit yang terkelupas tersebut. Setelah itu kulit akan beregenerasi dan membentuk lapisan kulit baru yang lebih rata.

4. Kauterisasi

Kauterisasi adalah terapi menggunakan listrik yang dapat dilakukan untuk menyembuhkan luka.

Kauterisasi untuk mengatasi milia akan membuat milia berubah menjadi bintik hitam atau koreng yang kemudian akan mengering dan terlepas dari kulit. Penggunaan krim anti iritasi mungkin diperlukan untuk mencegah terjadinya iritasi setelah terapi ini dilakukan.

5. Cryotherapy

Cryotherapy adalah terapi yang menggunakan nitrogen cair yang diaplikasikan pada jaringan kulit yang ingin diangkat.

Terapi ini termasuk salah satu cara menghilangkan milia yang paling umum dilakukan. Nitrogen cair digunakan untuk membekukan milia sehingga milia akan mengering dan dapat terlepas dari kulit. Terapi ini dapat menyebabkan lepuh dan bengkak pada kulit yang umumnya dapat hilang dalam waktu beberapa hari.

Pencegahan Milia

Milia primer tidak memiliki pencegahan, tapi milia sekunder masih dapat dicegah. Berikut adalah beberapa tips yang bisa dilakukan untuk mencegah milia:

  • Hindari penggunaan krim kental dan produk berbasis minyak
  • Lakukan eksfoliasi kulit antara 2 hingga 3 kali seminggu.
  • Hindari paparan sinar matahari berlebihan.
  • Penggunaan retinoid topikal sebelum chemical peeling karena prosedur chemical peeling juga sering kali dapat menyebabkan milia. Namun cara satu ini berpotensi menimbulkan noda hitam dan iritasi pada kulit.

 

Sumber:

  1. Milium Cysts in Adults and Babies – https://www.healthline.com/health/milia diakses 18 Juni 2019
  2. How can I get rid of milia? – https://www.medicalnewstoday.com/articles/320953.php diakses 18 Juni 2019


Selain sebagai media informasi kesehatan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.

Gondongan: Penyebab, Gejala, Pengobatan Pencegahan

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.

penyakit-gondongan-doktersehat

Dokter Sehat – Gondongan adalah infeksi virus menular yang biasa terjadi pada anak-anak yang belum mendapatkan vaksin MMR (Measles, Mumps, Rubella). Gondongan biasanya ditandai dengan pembengkakan yang membesar dan menyakitkan di satu atau kedua sisi wajah bagian bawah telinga (kelenjar parotis). Kelenjar parotis adalah kelenjar yang memproduksi air liur. Gondongan adalah penyakit yang menular melalui beberapa cara.

Penyebab Gondongan

Penyakit gondongan (mumps) adalah suatu penyakit berupa benjolan pada leher yang disebabkan oleh infeksi virus (paromyxovirus) dan disertai rasa nyeri. Benjolan ini dapat bersifat unilateral (satu sisi) atau bilateral (kedua sisi). Virus ini dapat ditularkan melalui percikan ludah yang berasal dari bersin atau batuk penderita atau karena bersentuhan langsung dengan benda-benda yang telah terkontaminasi oleh ludah penderita.

Penyakit gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemik atau epidemik, gangguan ini cenderung menyerang anak-anak yang berumur 2-12 tahun. Pada orang dewasa, infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas, prostat, payudara dan organ lainnya. Cara mengobati gondongan disesuaikan dengan tingkat keparahan dan lokasi penyebaran infeksi virus.

Gejala Gondongan

Awalnya seseorang yang terinfeksi oleh virus gondongan ini tidak memiliki tanda dan gejala apapun. Namun selama 2 sampai 3 minggu setelah terpapar infeksi virus ini, barulah gejala akan muncul.

Tanda khas dari penyakit gondongan ini adalah adanya pembengkakan keluar dari kelenjar liur atau ludah berupa benjolan antara pangkal pipi dan sudut rahang bawah. Gejala dan tanda yang lain yang biasa menyertai penyakit gondongan ini, antara lain berupa:

  • Rasa nyeri pada benjolan, akibat pembengkakan kelenjar ludah (dapat unilateral atau bilateral)
  • Rasa nyeri saat mengunyah dan menelan makanan
  • Demam
  • Sakit kepala
  • Kehilangan nafsu makan
  • Mudah merasa lemas dan kelelahan

Karena penyakit gondongan ini disebabkan oleh infeksi virus, biasanya gejala dan tanda infeksi ini akan menghilang dengan sendirinya setelah 4-8 hari kemudian, namun penanganan medis penting diberikan karena mengingat komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh infeksi ini.

Komplikasi Sakit Gondongan

Komplikasi penyakit gondongan cenderung terjadi pada orang dewasa ketimbang anak-anak, adapun komplikasi yang perlu diwaspadai antara lain:

1. Orchitis

Testis mengalami peradangan, pembengkakan dan disertai rasa sakit; terjadi pada 1 dari 5 orang dewasa yang terjangkit penyakit gondongan. Pembengkakan pada umumnya mereda setelah 1 minggu setelah infeksi gondongan teratasi. Risiko terburuk dari komplikasi orchitis adalah kemandulan.

2. Meningitis

Terjadi ketika virus menyebar melalui sawar darah dan selaput pelindung dinding saraf tulang belakang dan otak.

3. Ensefalitis

Menyambung dari komplikasi meningitis, infeksi virus menyebar ke otak dan menyebabkan kerusakan dari sistem saraf pusat dan merupakan komplikasi yang dapat mengancam jiwa.

4. Pankreatitis

Infeksi virus menyerang organ pankreas dan biasanya dapat menyebabkan gejala seperti nyeri pada perut bagian atas, rasa mual dan muntah.

5. Kehilangan pendengaran

Komplikasi ini dapat terjadi pada satu atau kedua telinga, meskipun jarang namun kehilangan pendengaran akibat infeksi ini dapat bersifat permanen

6. Gangguan irama jantung

Komplikasi yang jarang terjadi, namun menurut penelitian infeksi virus gondongan ini dapat berhubungan dengan penyakit irama jantung dan penyakit dari otot jantung.

7. Keguguran

Ibu hamil yang terinfeksi virus gondongan ini terutama pada awal-awal usia kehamilan (trimester pertama), dapat meningkatkan kontraksi rahim sehingga dapat meningkatkan risiko untuk mengalami keguguran.

Cara Mengobati Gondongan

Telah disinggung sebelumnya, karena penyakit gondongan merupakan jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, biasanya infeksi ini akan sembuh dengan sendirinya 4-8 hari setelah infeksi terjadi. Sehingga tidak perlu obat gondongan atau pengobatan khusus untuk infeksi ini, dan penanganan biasanya hanya difokuskan untuk mengurangi gejala dan keluhan serta mencegah terjadinya komplikasi.

Pasien dengan infeksi gondongan ini, biasanya akan mengalami gejala berupa demam (suhu >37.5 derajat Celcius) dan penanganannya adalah dengan pemberian obat antipiretik atau penurun demam seperti paracetamol atau aspirin.

Berikut cara mengobati gondongan lainnya yang dapat mempercepat proses pemulihan akibat infeksi gondongan, antara lain:

  • Cukup istirahat, untuk membantu proses pemulihan sistem imun.
  • Mengonsumsi air lebih banyak, untuk menghindari keadaan dehidrasi yang dapat terjadi akibat demam.
  • Hindari mengonsumsi makanan yang padat, karena proses mengunyah makanan dapat meningkatkan rasa sakit. Sebaiknya diganti dengan makanan yang bersifat encer seperti bubur saring atau oatmeal.
  • Hindari makanan atau minuman yang bersifat asam, seperti yogurt yang asam, karena dapat meningkatkan rasa nyeri.
  • Kompres dengan air dingin, untuk mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan dari infeksi ini.
  • Menggunakan obat penahan sakit.

Penderita dengan infeksi gondongan ini, pria khususnya, yang telah mengalami orchitis, sebaiknya segera mengonsultasikan diri Anda ke dokter terdekat agar mendapatkan penanganan sedini mungkin, untuk mencegah perburukan komplikasi yang dapat terjadi dikemudian hari.

Kebanyakan orang yang menderita sakit gondongan tidak akan mengalami penyakit ini di lain waktu karena sistem imunitas tubuh sudah mengenali dan dapat mencegah infeksi.

Mencegah Penyakit Gondongan

Vaksin gondongan merupakan alternatif terbaik mencegah penyakit ini. Vaksin gondongan biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi, MMR (Measles, Mumps, Rubella), yang dimana dapat juga mencegah tubuh dari infeksi rubella dan campak. Vaksin MMR diberikan kepada anak-anak saat mereka berusia 1 tahun atau lebih. Anak-anak yang tidak mendapatkan vaksin MMR, biasanya memiliki risiko lebih tinggi terinfeksi daripada yang telah mendapatkan vaksin.

Mencegah Penyebaran Gondongan

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran sakit gondongan, di antaraya:

  • Selalu mencuci tangan dengan sabun secara rutin
  • Tidak mengunjungi sekolah atau tempat kerja dan tempat umum lainnya hingga 5 hari setelah infeksi penyebab gondongan mulai memperlihatkan gejala
  • Menutup mulut dan hidung dengan masker

_

Informasi kesehatan ini telah ditinjau oleh dr. Antonius Hapindra Kasim.



Selain sebagai media informasi kesehatan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.

Penyakit ITP: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.

penyakit-ITP-doktersehat

DokterSehat.Com– Idiopatik Trombositopenik Purpura atau disebut penyakit ITP, adalah suatu kondisi di mana tubuh tidak memiliki cukup platelet (trombosit). Trombosit adalah sel darah yang membantu menghentikan pendarahan dengan menempel bersama untuk membentuk gumpalan yang menutup luka kecil atau pecah.

Para peneliti percaya bahwa ITP adalah penyakit gangguan autoimun. Tubuh biasanya membuat antibodi melawan infeksi, tetapi dalam ITP antibodi ini menyerang dan menghancurkan trombosit sehat tubuh. Apa yang menyebabkan ini tidak diketahui. Penyakit ITP terjadi pada 50 hingga 150 orang per juta setiap tahun. Sekitar setengah dari orang yang terkena dampak adalah anak-anak. ITP dapat memengaruhi wanita 2 hingga 3 kali lebih sering daripada pria.

Penyebab ITP (Idiopatik Trombositopenik Purpura)

Istilah “idiopatik,” digunakan sebagai kondisi sebelumnya, berarti “penyebab yang tidak diketahui.” Sebelumnya, nama ini digunakan karena penyebab ITP tidak dipahami dengan baik. Namun, sekarang jelas bahwa sistem kekebalan tubuh memainkan peran penting dalam pengembangan penyakit ITP, dengan demikian namanya yang lebih baru, trombositopenia imun.

Dalam ITP, sistem kekebalan menghasilkan antibodi terhadap trombosit. Trombosit ini ditandai untuk dihancurkan dan dihilangkan oleh limpa, yang menurunkan jumlah trombosit. Sistem kekebalan tubuh juga mengganggu sel-sel yang bertanggung jawab atas produksi trombosit normal, yang selanjutnya dapat menurunkan jumlah trombosit dalam aliran darah.

Pada anak-anak, penyakit ITP biasanya berkembang akut setelah virus. Pada orang dewasa, ITP biasanya berkembang seiring waktu.

ITP juga dapat diklasifikasikan sebagai primer, terjadi sendiri, atau sekunder, terjadi bersamaan dengan kondisi lain. Sementara pemicu sekunder meliputi, penyakit autoimun, infeksi kronis, obat-obatan, kehamilan, dan kanker tertentu.

ITP adalah penyakit yang tidak menular dan tidak dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain.

Jenis ITP (Idiopatik Trombositopenik Purpura )

Penyakit Idiopatik Trombositopenik Purpura (ITP) terdiri dari dua jenis, berikut di antaranya:

1. ITP akut

Penyakit ITP akut adalah jenis ITP sementara atau jangka pendek. Biasanya berlangsung kurang dari 6 bulan. Ini adalah jenis ITP yang paling umum dan terjadi terutama pada anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan, biasanya berusia antara 2 dan 4 tahun. Ini sering terjadi setelah seorang anak memiliki infeksi atau sakit dengan virus.

2. ITP kronis

Penyakit ITP kronis bersifat jangka panjang, biasanya menyebabkan gejala sakit ITP selama 6 bulan atau lebih. Sebagian besar memengaruhi orang dewasa, tetapi kadang-kadang remaja atau anak-anak dapat mengembangkannya.

Gejala ITP (Idiopatik Trombositopenik Purpura)

Pada penyakit ITP yang akut, gejalanya dapat timbul secara mendadak. Sementara pada stadium kronis, gejala sakit ITP akan timbul secara perlahan. Berikut gejalanya:

  • Bintik-bintik merah di kulit
  • Adanya darah dalam tinja dan urine
  • Perdarahan di gusi (misalnya, selama perawatan gigi)
  • Mimisan
  • Memar tanpa penyebab yang pasti
  • Menstruasi berat yang tidak normal
  • Perdarahan berkepanjangan dari luka

Diagnosis ITP (Idiopatik Trombositopenik Purpura)

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik lengkap dan akan bertanya tentang riwayat kesehatan Anda dan obat-obatan yang diminum.

Dokter juga akan melakukan tes darah yang mencakup hitung darah lengkap. Tes darah juga dapat mencakup tes untuk mengevaluasi fungsi hati dan ginjal, tergantung pada gejala sakit ITP. Tes darah lanjutan yang memeriksa antibodi trombosit juga dapat direkomendasikan.

Dokter juga akan meminta apusan darah, di mana sebagian darah ditempatkan pada kaca slide dan dilihat di bawah mikroskop untuk memverifikasi jumlah dan penampilan trombosit yang terlihat dalam jumlah darah lengkap.

Jika Anda memiliki jumlah trombosit yang rendah, dokter juga dapat memesan tes sumsum pada tulang. Jika menderita ITP, sumsum tulang Anda akan normal. Ini karena trombosit Anda hancur dalam aliran darah dan limpa setelah mereka meninggalkan sumsum tulang. Jika sumsum tulang tidak normal, jumlah trombosit yang rendah kemungkinan akan disebabkan oleh penyakit lain, bukan ITP.

Pengobatan ITP (Idiopatik Trombositopenik Purpura)

Dokter akan memilih perawatan berdasarkan jumlah trombosit yang Anda miliki dan seberapa sering dan seberapa banyak mengalami pendarahan. Dalam beberapa kasus, perawatan tidak diperlukan. Misalnya, anak-anak yang mengembangkan ITP akut biasanya pulih dalam waktu enam bulan atau kurang tanpa perawatan apa pun.

Orang dewasa penderita ITP yang tidak terlalu parah mungkin juga tidak memerlukan perawatan. Namun, dokter tetap ingin memantau jumlah trombosit dan sel darah merah untuk memastikan Anda tidak memerlukan perawatan di masa depan.

Jumlah trombosit yang menjadi terlalu rendah membuat Anda berisiko mengalami perdarahan spontan di otak dan organ lainnya. Jumlah sel darah merah yang rendah juga bisa menjadi pertanda perdarahan internal.

1. Obat-obatan

Jika Anda atau anak Anda memerlukan perawatan, dokter mungkin akan meresepkan obat-obatan sebagai pengobatan pertama. Obat yang paling biasa digunakan untuk mengobati penyakit ITP di antaranya:

  • Kortikosteroid

Dokter mungkin meresepkan kortikosteroid, seperti prednison (Rayos), yang bisa meningkatkan jumlah trombosit dengan mengurangi aktivitas sistem kekebalan tubuh.

  • Imunoglobulin Intravena (IVIg)

Jika perdarahan telah mencapai tingkat kritis atau akan menjalani operasi dan perlu meningkatkan jumlah trombosit dengan cepat, Anda mungkin diberikan imunoglobulin intravena (IVIg).

  • Imunoglobulin anti-D

Obat ini untuk orang yang memiliki darah Rh-positif. Seperti terapi IVIg, terapi ini dengan cepat meningkatkan jumlah trombosit, dan bekerja lebih cepat daripada IVIg. Namun, memiliki efek samping yang serius, sehingga individu harus dipilih dengan cermat untuk perawatan ini.

  • Rituximab (Rituxan)

Obat ini adalah terapi antibodi yang menargetkan sel-sel kekebalan tubuh yang bertanggung jawab untuk memproduksi protein yang menyerang trombosit. Ketika obat ini mengikat sel-sel kekebalan, yang dikenal sebagai sel B, mereka hancur. Ini berarti ada lebih sedikit sel B di sekitarnya, yang berarti lebih sedikit sel yang tersedia untuk membuat protein yang menyerang trombosit. Namun, tidak jelas apakah pengobatan ITP ini memiliki manfaat jangka panjang.

  • Agonis reseptor trombopoietin

Agonis reseptor trombopoietin, termasuk romiplostim (Nplate) dan eltrombopag (Promacta), membantu mencegah memar dan pendarahan dengan menyebabkan sumsum tulang memproduksi lebih banyak trombosit. Kedua obat ini telah disetujui oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan AS (FDA) untuk pengobatan jumlah trombosit yang rendah karena ITP kronis.

Jika obat-obatan di atas tidak meningkatkan gejala sakit ITP Anda, dokter dapat memilih untuk meresepkan obat lain, termasuk:

  • Imunosupresan umum

Imunosupresan biasanya menghambat aktivitas keseluruhan sistem kekebalan tubuh. Mereka tidak menargetkan komponen spesifik sistem kekebalan yang terkait dengan ITP. Ini termasuk, cyclophosphamide (Cytoxan), Azathioprine (Imuran, Azasan), dan mycophenolate (CellCept).

Namun, obat tersebut tersebut memiliki efek samping yang signifikan. Begitu sering mereka digunakan hanya dalam kasus-kasus parah yang belum menanggapi perawatan lain.

  • Antibiotik

Helicobacter pylori merupakan bakteri yang menyebabkan sebagian besar tukak lambung, telah dikaitkan dengan ITP pada beberapa orang. Terapi antibiotik untuk menghilangkan H. pylori telah terbukti membantu meningkatkan jumlah trombosit pada individu tertentu.

2. Operasi

Jika mengalami ITP parah dan obat-obatan tidak meningkatkan gejala atau jumlah trombosit Anda, dokter mungkin menyarankan operasi untuk mengangkat limpa Anda. Ini disebut splenectomy. Limpa Anda terletak di perut kiri atas.

Splenectomy biasanya tidak dilakukan pada anak-anak karena tingginya tingkat pengurangan spontan, atau peningkatan yang tidak terduga. Memiliki splenectomy juga meningkatkan risiko infeksi bakteri tertentu di masa depan.

3. Perawatan darurat

Bahaya penyakit ITP yang parah atau meluas membutuhkan perawatan darurat. Kondisi ini biasanya termasuk transfusi trombosit pekat dan pemberian kortikosteroid intravena seperti metilprednisolon (Medrol), IVIg, atau perawatan anti-D.

4. Perubahan gaya hidup

Dokter mungkin juga akan menyarankan Anda untuk melakukan beberapa perubahan gaya hidup demi pengobatan untuk Idiopatik Trombositopenik Purpura, termasuk di antaranya:

  • Hindarilah obat-obatan bebas tertentu yang dapat memengaruhi fungsi trombosit, termasuk aspirin, ibuprofen (Advil, Motrin), dan obat pengencer darah warfarin (Coumadin).
  • Batasi asupan alkohol karena mengonsumsi alkohol dapat memengaruhi pembekuan darah.
  • Pilih aktivitas yang berdampak rendah daripada olahraga berat yang berdampak tinggi lainnya untuk mengurangi risiko cedera dan pendarahan.


Selain sebagai media informasi kesehatan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.